Senin 27 Januari 2020 lalu Bank Indonesia menyampaikan bahwa Alipay akan masuk ke Indonesia dengan menjalin kerjasama dengan Bank Mandiri dan BRI. Menyusul sebelumnya WeChat Pay yang sudah mendapat ijin beroperasi di Indonesia dengan menggandeng Bank CIMB Niaga.
Dalam artikel kali ini saya akan share terkait bisnis Alipay yang saya sarikan dari Majalah SWA edisi Januari 2019 yang diperkuat pengalaman pribadi ketika selama dua minggu ketika pada Agustus tahun lalu, saya mengikuti Alibaba Netpreneur Training yang diselenggarakan di Kantor Pusat Alibaba Group di Hangzhou China.
Kehebatan Alipay boleh dibilang karena didukung oleh ekosistmen bisnis yang kuat, yang dibangun oleh Alibaba Group. Jack Ma mulai membangun inti ekosistem Group pada 1999, yaitu Alibaba.com, sebagai situs e-commerce B2B. Alibaba kemudian mengembangkannya ke transaksi e-commerce C2C dengan mendirikan marketplace bernama Taobao pada tahun 2003 dan ke Transaksi perdangan ritel B2C melalui Tmall pada 2008.
Pada tahun 2004, Jack Ma Founder Alibaba merasakan sekali adanya kebutuhan untuk membangun sikap saling percaya (trust) diantara para merchant (penjual) dan pelanggan produk online. Pada masa-masa awal Jack Ma membangun kerajaan e-commerce ini, para penjual online tidak mau mengirimkan barangnya sebelum mereka menerima uang pembayaran, Di sisi lain, konsumen juga tidak mau membayar sampai barang pesanan dikirimkan pada mereka. Hal inilah yang dulu menghambat pertumbuhan e-commerce di China.
Karena itulah, Alipay kemudian memperkenalkan escrow service, dan Alipay berperan selaku penggaransi transaksi, untuk mendukung layanan e-commerce di situs Alibaba.com dan Taobao. Itu sebabnya dulu Alipay di sebut sebagai PayPal-nya negeri China.
Semenjak itu, Alipay makin dipercaya banyak pihak dan mampu menguasai pasar pembayaran online. Apalagi, setelah Alipay juga mampu menarik minat para penjual toko offline untuk menggunakan jasanya, dengan menggunakan teknologi QR Code.
Saat ini jumlah pengguna Alipay hampir mencapai 1 milyar dengan sekitar 250 juta pengguna aktif. Keberhasilan Alipay tumbuh pesat dalam waktu singkat di China itu banyak didukung oleh perkembangan situasi dan timing yang pas, yaitu
- Masih rendahnya penetrasi kartu kredit di China. Kala itu tingkat penetrasi kartu kreditnya hanya 0,31 kartu kredit per kapita.
- Lemahnya sistem perbankan di China. Bank-bank di China umumnya mengatur persyaratan yang ketat untuk aplikasi kartu kredit dan kurang punya keahlian dalam hal membangun relasi langsung ke konsumen.
- Transisi perekonomian China menuju era consumption-driven economy. Ini ditandai dengan peningkatan belanja konsumen China untuk kebutuhan travel, barang-barang rumah tangga, kuliner, fashion, dan sebagainya. Sejak 2008, Alipay pun berkembang menjadi sistem pembayaran digital yang diterima oleh kalangan peritel dan para penyedia jasa di luar ekosistem Alibaba Group.
- Ketika Alipay mencatat capaian 100 juta pengguna 2008, transisi ekonomi berbasis smartphone di China baru saja dimulai. Dan, pertumbuhan pengguna ponsel cerdas ini amat kencang. Pada periode 2008-2014, pengguna mobile internet di China tumbuh dari 118 juta (2008) menjadi 557 juta (2014).
Di luar dukungan situasional seperti itu, Alipay juga menarik minat konsumen karena aplikasinya yang dinilai cocok dengan kebutuhan pengguna. Alipay bisa seperti itu karena user experience aplikasinya didesain dengan skenario penggunaan aktual sehari-hari. Sebagai contoh, dengan menggunakan teknologi QR Code, pengguna Alipay dapat membayar tagihan layanan utilitas umum (seperti listrik dan air minum), mengisi pulsa, membayar tiket kereta, mentransfer uang ke pengguna Alipay lainnya dan lainnya.
Layanan Alipay juga bisa diterima konsumen di berbagai negara sebagai alternatif dari sistem pembayaran metode lama karena menawarkan biaya rendah. Alipay mematok para merchant-nya dengan fee hanya 0,6%, coba bandingkan dengan kartu kredit yang mencapai 2-3%.
Dengan QR Code, siapapun kini bisa menjadi merchant. Sebab, tak perlu lagi hardware, misalnya pembaca kartu atau pembaca chip. Penggunaan QR Code juga populer karena dinilai lebih aman. Masalah keamanan ini dianggap penting konsumen karena di China relatif banyak beredar uang kertas palsu.
Dan tentu saja, popularitas Alipay karena kemudahan dalam penggunaannya. Pengguna tak perlu lagi membawa uang tunai ataupun kartu. Misalnya pengunjung yang ingin berdonasi di sebuah situs sejarah di China, tinggal mengarahkan ponselnya di atas QR Code.
Jadi, boleh dibilang, layanan Alipay tumbuh cepat dan menjadi pemain populer, karena menawarkan tiga hal yaitu kenyamanan dan kemudahan pengguna, biaya yang relatif murah, serta keamanan pembayaran.
Comments
Post a Comment