Dampak dari adanya pandemi Covid-19 juga sangat berat dirasakan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Seperti yang disampaikan oleh Menteri BUMN Bapak Erick Tohir dalam beberapa kesempatan bahwa Sekitar 90% lebih BUMN terdampak pandemi, meskipun BUMN sudah banyak yang melakukan digitalisasi sebelum terjadinya Covid-19, namun pandemi membuat prosesnya semakin cepat.
Kementerian BUMN sudah menyiapkan sejumlah strategi. Untuk tahun 2021, Kementerian BUMN melakukan review atas strategi yang dijalankan. Targetnya adalah bagaimana perusahaan BUMN bisa bertahan.
Pada tahun 2022, pihak kementerian akan melakukan restrukturisasi dengan memperbaiki portofolio dengan restrukturisasi korporasi yang bertujuan untuk melakukan konsolidasi dan penyederhanaan, serta mempersiapkan landasan untuk inovasi model bisnis baru.
Kemudian pada 2024, Kementerian BUMN akan mendorong anak usaha untuk melakukan inovasi dan transformasi dan menciptakan peluang partisipasi di sektor swasta.
Di sisi lain pimpinan BUMN juga harus berubah, seperti disampaikan oeh Bapak Kartika Wirjoatmodjo sebagai Wakil Menteri BUMN, bahwa terdapat empat tantangan besar bagi para pimpinan BUMN dalam masa new normal saat ini, yaitu:
- Transformasi yang terjadi secara terus menerus. BUMN harus bisa melakukan tranaformasi bisnis model untuk bisa terus bertahan. Harus punya energi untuk bisa membuat BUMN selalu beradaptasi dan bisa punya bisnis model yang selalu survive ke depan.
- Prinsip profesionalisme secara utuh di setiap BUMN. BUMN di masa lalu lebih menekankan pada segi kompetensi teknis. BUMN saat ini bisa lebih menerapkan berbagai hal profesionalitas, seperti kompetensi kepemimpinan, hingga aspek-aspek pendukung lainnya. Harus melihat sustainability dari perusahaan, bagaimana pimpinan mengelola human capital kita, culture dan sebagainya, karena men-drive perusahaan tidak bisa hanya dari technical competency saja.
- Perusahaan BUMN harus bisa melakukan adaptasi di tengah pandemi. BUMN harus menjadi perusahaan yang bukan hanya mengejar profit, tapi, perusahaan yang humanis dan juga bisa mendalami pegawai.
- Menjaga keseimbangan kerja dan keluarga. Hal-hal seperti fleksibilitas waktu, gender bias, dukungan fasilitas, dan sebagainya perlu terus dijaga, bahwa memimpin bukan hanya dengan head, tapi juga dengan heart dan hands.
Comments
Post a Comment