Dalam dunia keuangan, Enterprise Value (EV) adalah metrik penting yang digunakan untuk mengukur nilai total perusahaan. EV seringkali menjadi acuan dalam proses akuisisi atau merger, karena mencerminkan biaya riil yang harus dikeluarkan untuk membeli suatu perusahaan.
Rumus EV:
EV dihitung dengan menjumlahkan nilai pasar ekuitas, utang, dan saham preferen, lalu dikurangi kas dan investasi jangka pendek.
Mengapa Kas dan Investasi Dikurangi?
Pertanyaan ini sering muncul, dan jawabannya sederhana: kas dan investasi dikurangkan dari EV karena mengurangi biaya bersih akuisisi.
Bayangkan sebuah perusahaan (kita sebut saja Perusahaan A) ingin mengakuisisi perusahaan lain (Perusahaan B). Ketika Perusahaan A membeli Perusahaan B, mereka tidak hanya mendapatkan aset operasional, tetapi juga aset keuangan seperti kas dan investasi. Aset-aset ini dapat digunakan oleh Perusahaan A untuk:
- Membayar sebagian dari harga pembelian: Kas yang dimiliki Perusahaan B dapat langsung digunakan untuk mengurangi jumlah uang tunai yang harus dibayarkan oleh Perusahaan A.
- Melunasi utang Perusahaan B: Setelah akuisisi, utang Perusahaan B biasanya menjadi tanggung jawab Perusahaan A. Kas yang dimiliki Perusahaan B dapat digunakan untuk melunasi sebagian atau seluruh utang tersebut.
- Mendukung Operasi: Kas dapat digunakan untuk membiayai modal kerja dan kebutuhan operasional Perusahaan B setelah akuisisi.
Ilustrasi:
Misalkan EV Perusahaan B adalah Rp100 miliar, dan Perusahaan B memiliki kas dan investasi sebesar Rp20 miliar. Maka, biaya bersih yang harus dikeluarkan oleh Perusahaan A untuk mengakuisisi Perusahaan B sebenarnya hanya Rp80 miliar (Rp100 miliar - Rp20 miliar).
Kesimpulan:
Dengan mengurangkan kas dan investasi, EV memberikan gambaran yang lebih akurat tentang biaya riil yang harus dikeluarkan untuk mengakuisisi suatu perusahaan. EV mencerminkan nilai keseluruhan perusahaan, mempertimbangkan semua aset dan kewajibannya, serta kas dan investasi yang dapat digunakan untuk mengurangi biaya akuisisi.
Comments
Post a Comment